Posted by : Fadhel Ijlal / 14 Nov 2017

Ratusan perempuan berbalut kemban dengan selendang putih melingkari pundak duduk bersimpuh di bawah terik surya. Kaum pria yang mengenakan beskap hitam, memakai jarit pria dan ikat kepala khas Banyumas. Dalam keheningan, para wanita satu per satu membasuh tangan, kaki, dan wajah mereka sambil mengucap mantra. Sementara kaum pria bergotong-royong memasak daging kambing untuk sajian bersama.
Inilah Ritual Unggahan atau Sadran Bonokeling di desa Pekuncen, Banyumas. Tradisi ini digelar pada hari jumat terakhir bulan sadran atau jumat terakhir sebelum memasuki bulan puasa. Tradisi Unggah-unggahan Adat Bonokeling yang sudah berjalan ratusan tahun terus berlangsung hingga hari ini. Desa Pekuncen sendiri sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya oleh pemerintah Kabupaten Banyumas.
Anak Putu Bonokeling
Warga yang menjadi kaum adat bonokeling percaya bahwa mereka adalah keturunan dari Kyai Bonokeling, atau biasa diebut dengan istilah anak putu mbah bonokeling. Dalam ajaran Bonokeling, kedudukan wanita sangat dihormati.
Terdapat lima hal yang dianjurkan dalam ajaran Bonokeling. Yang pertama adalah monembah, artinya kita sebagai manusia dianjurkan menyembah dan beribadah kepada Tuhan sesuai keyakinan masing-masing.
Kedua, moguru atau patuh terhadap kedua orang tua. Ketiga, mongabdi yang berarti saling menghargai antar sesama dan menjalin hubungan baik antar umat. Keempat, makaryo yang berarti bekerja, sebab tanpa bekerja manusia tak bisa mendapatkan uang yang menunjang kehidupannya di dunia.
Dan ajaran terakhir untuk dianjurkan adalah manages manunggaling kawula Gusti, yang artinya hubungan manusia dengan Tuhan tidak melalui perantara apapun seperti yang dilakukan oleh beberapa agama yang memiliki utusan atau rasul. Dalam keyakinan Bonokeling, setiap orang yang lahir di muka bumi adalah titipan Tuhan.
Mengikuti Rangkaian Ritual Adat Bonokeling
Kami akan mengajak anda tinggal di rumah penduduk sekitar Desa Pekuncen, mengikuti keseharian penduduk desa dan mendapatkan izin khusus untuk terlibat ritual Unggah-unggahan Bonokeling dengan mengikuti syarat-syarat adat setempat, seperti kewajiban memakai busana yang sama dengan penduduk selama ritual berlangsung; Kain kemban dengan selendang putih bagi kaum perempuan dan beskap hitam dengan jarit pria serta ikat kepala Banyumas bagi kaum laki-laki.
Tidak hanya itu, perjalanan ini juga akan memberikan Anda kesempatan untuk bercengkrama dengan penulis novel yang sudah mendunia, Ahmad Tohari, mengunjungi Masjid Saka Tunggal yang ditengarai sebagai masjid tertua di Indonesia, serta mengunjungi Baturraden – kaki Gunung Slamet yang indah dan menyegarkan.

0 komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah yang baik

Cancel Reply